Tergerak Donor Darah saat ada yang membutuhkan

Tergerak Donor Darah saat ada yang membutuhkan
Tergerak Donor Darah saat ada yang membutuhkan


Perubahan pola pikir dalam hal donor darah yang awalnya tergerak donor darah saat ada yang membutuhkan kini menjadi donor darah rutin, apa yang menjadi alasannya, simak selengkapnya diulas dari pengalaman pribadi.

Awal mula donor darah untuk menunjukkan ke-gentle-an seorang cowo terhadap jarum suntik masa iya saya tidak berani, membuat penasaran seperti apa sih donor darah..eits bukan itu awal waktu pertama donor ada informasi orang sedang membutuhkan darah untuk anggota keluarganya yang sedang dirawat.

Yang dicari golongan darah B, karena saya tahu darahnya golongan B saya niatkan donor darah, ternyata rasa jarum suntik yang menusuk terkalahkan oleh kepuasan batin setelah selesai mendonorkan darahnya, perasaan bahagia itu ada ketika selesai donor darah.

Terbesit seperti itu, saya pun siaga jika ada yang butuh darah lagi siap mendonorkan darahnya.

Waktu itu ada seseorang yang menasehati agar donor darah rutin saja, tapi saya tetap ngotot prinsip saya, donor darah saat ada yang butuh saja, waktu itu memang perasaan kalau ada yang terdesak butuh darah kemudian saya bisa mendonorkan darahnya terasa puas batin bisa menolong.

Ternyata menurut saya edukasi yang kurang membuat pola pikir saya yang merasa benar ternyata kurang tepat, setelah mendapatkan pengetahuan wawasan dari petugas, saya jadi tersadar dan menjadi pendonor donor darah rutin.

Apa yang membuat saya tersadar untuk donor darah rutin.


1. Teman saya berargumen kalau donor darah tidak perlu tahu darahnya untuk siapa, kalau sudah niat ibadah ya donor saja, saya belum terima argumen itu, akan tetapi saya berdaulat berpikir sendiri, kenapa donor darah rutin adalah, karena proses transfusi darah ke pasien ini ada proses yang memakan waktu, saya membayangkan jika stok darah sehatnya lagi kosong, si pasien akan lama mendapatkan transfusi dan ini mengancam keselematannya dan membuat anggota keluarga menjadi cemas.

2. Donor darah menyehatkan, dari pengalaman pribadi awal-awal donor tidak memenuhi syarat diambil darahnya, saya coba terus akhirnya bisa dan setelah rutin jadi tidak ada masalah dengan pemeriksaan kesehataan saya sebelum diambil darahnya.

Dari situ saya menyimpulkan kalau donor darah adalah terapi kesehatan.

3. Saya tidak tega melihat raut wajah anggota keluarga yang sedang mencari pendonor untuk si pasien yang sedang dirawat, pernah melihatnya lusuh raut mukannya seperti berat terbebani.

Maka dari itulah saya sering buat konten donor darah, harapannya para pembaca dimanapun berada, donor darah tidak hanya pada saat ada yang membutuhkan, tetapi menjadi donor darah sukarela yang rutin mendonorkan darahnya setiap waktunya, kurang lebih 3 bulan sekali.

Salah satu contohnya saya buat artikel ditujukan untuk yang takut jarum suntik, saya pun membuat postingan ini Donor Darahlah meski sekali - Kisah Nyata

Itulah sebuah kisah pengalaman pribadi, semoga ada hal yang bermanfaat dan menginspirasi untuk menjadi donor darah sukarela rutin.
Advertisement